Minggu, September 14, 2008

Akibat Kelaparan, Ella Lumpuh

KEDIRI, TRIBUN - Ella (7) anak keluarga miskin dari Kampung Kauman, Desa/Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri, harus dilarikan ke UGD (Unit Gawat Darurat) RSUD Pare karena busung lapar, Jumat (12/9) sore.

1750
SURYA/NURAINI FAIQ
Ella penderita gizi buruk (terbaring) dan kakaknya Isma
Ella tiba di UGD sekitar pukul 15.00 WIB dengan diangkut mobil Puskesmas Kandangan. Turun dari mobil, Ella terus dalam gendongan ayahnya, Mariyono, 46, yang sehari-hari bekerja sebagai tukang kebun di KUA Kandangan. Ikut mendampingi Ella adalah kakak perempuannya, Isma Ayu Safitri, yang duduk di kelas 2 SD.

Kondisi Ella sangat lemah. Anak ketujuh dari sembilan bersaudara ini hanya bisa merintih dan mengaduh tanpa banyak gerak. Kakinya bahkan sudah tidak kuat lagi menyanggah tubuhnya sendiri. Padahal, berat badan Ella hanya 7 kilogram di usianya yang hampir tujuh tahun.

Bocah malang ini tidak kuat lagi berbicara selain hanya merengek kesakitan. "Pak, paak." suara rintihan panjang sambil menangis ini terdengar saat Mariyono meletakkan tubuh Ella di kasur kamar UGD. Selembar kain panjang untuk menggendong Ella dilepaskan Mariyono pelan-pelan.

Menurut Mariyono, sudah dua bulan anak perempuannya ini tidak mau makan. Untuk membuka mulut sakit, apalagi untuk mengunyah. Ella juga tidak lagi mampu berdiri sehingga tidak bisa berjalan alias lumpuh. "Dia hanya tiduran dan menangis terus sepanjang hari. Kata dokter di Puskesmas, anak saya kena gizi buruk," ucap Mariyono.

Dengan duduk termangu, pria yang sebagian besar rambutnya sudah memutih ini menatap dalam-dalam tubuh anaknya. Kesedihan yang mendalam tercermin dari sorot mata Mariyono yang tampak kuyu. Apalagi, Ella mengaduh dan terus menangis saat perawat UGD mengulurkan tali infus untuk dipasang di tangan kirinya.

Melihat kondisi pasien barunya, perawat itu terlihat tidak tega untuk memasukkan jarum infus ke lengan Ella. Sebab, lengan yang berkulit hitam itu cuma sebesar ranting bambu. Begitu pula kedua betisnya. Tangisan bocah ini terhenti saat Isma, kakak perempuannya, bersama bapaknya mengelus halus kepala Ella.

Mariyono menuturkan, anak ketujuhnya itu mulai terserang gizi buruk sejak sekitar setahun terakhir. Saat usianya menginjak lima tahun pada 2007 lalu, berat badan Ella juga hanya 11 kg. Kondisinya yang sudah kurus kering dengan tinggi badan 90 cm, lebih buruk lagi sekarang ini.

Mariyono menjelaskan, Ella sempat dirawat dua hari di Puskesmas sebelum dilarikan ke RSUD Pare. Namun dengan kondisinya yang bertambah buruk, Mariyono mengaku pasrah. "Mau apa lagi, saya orang tidak punya," ucap Mariyono.

Semenjak kenaikan harga sembako, jelas dia, bebannya untuk menghidupi keluarga terasa makin berat. Padahal, setiap bulan Mariyono hanya menerima upah sebagai tukang kebun di KUA Kandangan sebesar Rp 300.000. "Meski istri saya membantu cari nafkah dengan berjualan lauk bothok keliling, hasilnya belum mencukupi. Sekarang semua serba naik harga," cerita Mariyono.

Selain Ella, menurut Mariyono, tiga anaknya yang lain juga kurus kering. Isma yang ikut mengantar Ella terlihat kurus.Anak kelima Mariyono ini, sebelumnya juga pernah dirawat di Puskesmas Kandangan, juga dengan gejala gizi buruk.

Menurut Mariyono, keluarganya kerap hanya makan nasi ditambah garam tanpa lauk pauk dan sayuran. "Saya sering menangis sendiri. Bantuan biskuit dan susu dari Posyandu atau Puskesmas untuk Ella kadang jadi rebutan saudara-saudaranya yang lain," tambah Mariyono dengan nada sedih.

Dalam catatan RSUD Pare, dengan penyakit yang sama, Ella sebelumnya telah dirawat selama 22 hari di tempat itu pada Januari lalu. "Benar, dia pernah dirawat di sini," terang Ahmad Roziq, staf humas RSUD Pare.

Setelah hampir sebulan dirawat, kondisi Ella mulai membaik dan bisa dibawa pulang. Sejak itu, selama 90 hari dia mendapat bantuan tambahan makanan bergizi, di antaranya susu entrasol dan biskuit. Namun bantuan tersendat sejak beberapa bulan lalu.

Menurut penuturan Mariyono, mengambil entrasol di Puskesmas Kandangan kini tidak mudah. Ada saja alasan yang diungkapkan petugas, namun Mariyono tak berani menggugatnya.

"Kami kan cuma wong cilik, mana berani macam-macam," kenang Mariyono.

Secara terpisah, Ketua DPRD Kabupaten Kediri, Erjik Bintoro, mengakui dirinya mengenal keluarga Mariyono dan bertetangga. "Tapi, saya kini tinggal sekitar satu kilometer dari rumah Mariyono. Cuma, panti asuhan yang kami kelola lebih dekat dengan tempat tinggal Mariyono," ucap Erjik.

Sebetulnya, beberapa waktu lalu Erjik sempat bertemu Mariyono namun ayahanda Ella itu tak memberitahu apapun tentang kondisi anaknya. "Saya bilang padanya, itulah akibatnya kalau beranak banyak," ucap Erjik.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kediri, dr Adi Laksono menyatakan bahwa Ella adalah kasus lama. Dinkes sudah melakukan intervensi dengan memberikan bantuan makanan tambahan berupa entrasol lewat Puskesmas.

Ella, kata Adi, adalah kasus gizi buruk yang diakibatkan oleh kelainan pada pencernaan. Kemampuan penyerapan protein di ususnya lemah. Tapi, diakui Adi, keluarga Ella memang masuk kategori miskin. (*)
sumber: http://tribunjabar.co.id/cari.php?kcari=miskin&go.x=0&go.y=0&go=Cari

Tidak ada komentar: