Kamis, Desember 18, 2008

Fokus Program Saat ini

Program Bantuan bagi Usahawan Dluafa

Adalah program Bhakti Anak Negeri untuk membantu menaikkan dayabeli usahawan kecil dimana mereka kemampuan modal dan manajemen yang sangat terbatas telah memberanikan diri untuk membuka usaha walaupun hasil usahanya sangat tidak mencukupi untuk membiayai kebutuhan hidup anak, istri dan dirinya sendiri sehingga modal usahanyapun tergerus untuk menutupi kebutuhan rumahtangga, kesehatan dan pendidikan anak.

Karena itulah BAN hadir untuk membantu meringankan beban usahawan tersebut dengan memberikan bantuan tambahan modal usaha dan memberikan pelatihan manajemen berupa manajemen pengelolaan keuangan bagi usahawan-usahawan tersebut.

Tidak sekedar itu, komitmen BAN untuk terlibat aktif dalam pengurangan angka pengangguranpun dilakukan dengan mengadakan pelatihan usahawan baru baik yang belum memiliki pekerjaan maupun mereka yang menjadi korban PHK. Target utama dari pelatihan ini adalah peserta berani membuka usaha dengan modal yang terbatas.

Selanjutnya untuk kelancaran program ini BAN dalam waktu dekat akan membuat Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS).kehadiran lembaga ini diharapkan dapat membantu dalam penambahan modal usaha berupa pinjaman tanpa beban bagihasil bagi usahawan mikro dan bagi yang telah usahawan mikro y telah sukses diharapkan memberikan sumbangan kepada LKMS yang akan digunakan sebagai modal bagi usahawan baru dan modal untuk pelatihan&pendampingan manajemen pengelolaan usaha.

Bagi Anda yang berpartisipasi (berapapun nilai partisipasi Anda) kami berikan secara cuma-cuma e-book pelajaran SD/SMP/SMU dan ebook bermanfaat lainnya.

Senin, Desember 08, 2008

Pemotongan Hewan Qurban



Terima Kasih kepada para donatur yang telah menitipkan
Hewan Qurbannya kepada Bhakti Anak Negeri.
Alhamdulillah, lebih dari 500 orang miskin (pra-sejahtera)
telah menerima daging Qurban segarnya.

Sabtu, Desember 06, 2008

Bantuan Hewan Qurban (Sapi) dari Gubernur Jawa Barat




Kamis, November 06, 2008

Program Bantuan Bhakti Anak Negeri

Program Bantuan bagi Sekolah :

Sebagai wujud kepedulian dan keberpihakan Bhakti Anak Negeri kepada dunia pendidikan Indonesia yang mencita-citakan Indonesia Maju dengan menghadirkan generasi yang prestatif dan memiliki daya saing yang tinggi.

Program ini untuk mensukseskan & menjaga keberlangsungan program belajar mengajar di Sekolah yang keberadaannya bersumber 100% swadaya masyarakat.

Bhakti Anak Negeri hadir untuk bekerjasama dengan pihak pengelola Sekolah khususnya yang berlokasi di Ujungberung, bandung untuk membantu meringankan tiga komponen dalam bidang pendidikan, yaitu : komponen guru (tenaga pendidik), siswa atau murid dan komponen fisik sekolah berikut sarana dan prasarananya dalam rangka memperlancar proses pengajaran di SR tersebut.

Semoga harta yang didermakan menjadi investasi bagi bangunan disurga kelak



Program Bantuan bagi Usahawan Dluafa

Adalah program Bhakti Anak Negeri untuk membantu menaikkan dayabeli usahawan kecil dimana mereka kemampuan modal dan manajemen yang sangat terbatas telah memberanikan diri untuk membuka usaha walaupun hasil usahanya sangat tidak mencukupi untuk membiayai kebutuhan hidup anak, istri dan dirinya sendiri sehingga modal usahanyapun tergerus untuk menutupi kebutuhan rumahtangga, kesehatan dan pendidikan anak.

Karena itulah BAN hadir untuk membantu meringankan beban usahawan tersebut dengan memberikan bantuan tambahan modal usaha dan memberikan pelatihan manajemen berupa manajemen pengelolaan keuangan bagi usahawan-usahawan tersebut.

Tidak sekedar itu, komitmen BAN untuk terlibat aktif dalam pengurangan angka pengangguranpun dilakukan dengan mengadakan pelatihan usahawan baru baik yang belum memiliki pekerjaan maupun mereka yang menjadi korban PHK. Target utama dari pelatihan ini adalah peserta berani membuka usaha dengan modal yang terbatas.

Selanjutnya untuk kelancaran program ini BAN dalam waktu dekat akan membuat Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS).kehadiran lembaga ini diharapkan dapat membantu dalam penambahan modal usaha berupa pinjaman tanpa beban bagihasil bagi usahawan mikro dan bagi yang telah usahawan mikro y telah sukses diharapkan memberikan sumbangan kepada LKMS yang akan digunakan sebagai modal bagi usahawan baru dan modal untuk pelatihan&pendampingan manajemen pengelolaan usaha.


Program Bantuan Obat/ Penyuluhan kesehatan bagi Dluafa

Salah satu yang menentukan tingginya Index Pembangunan Manusia (IPM) adalah kondisi kesehatan masyarakat di suatu kota/kab/propinsi.semakin tinggi IPM suatu daerah maka kondisi kesehatan masyarakat sangat baik.

Kesehatan masyarakat yang semakin baik akan berdampak bagi pengurangan anggaran terhadap kesehatan sehingga bisa dialokasikan bagi kebutuhan lainnya selain itu dengan semakin baik kesehatan seseorang maka produktivitasnya semakin tinggi pula dan ini akan berdampak bagi peningkatan daya beli atau kesejahterannya.

Itulah kemudan Bhakti Anak Negeri melahirkan program bantuan obat gratis bagi dluafa sebagai upaya membantu meringankan; sebagai ikhtiar mempercepat proses kesembuhan seseorang sehingga bisa produktif kembali serta upaya pencegahan dengan memberikan penyuluhan bagaimana hidup sehat


Anda ingin mendermakan sebagian kecil dari rejeki yang diterima?

Jika YA,mohon kesediaannya mengisi beberapa data DERMAWAN BAN dibawah ini :

Nama :

Alamat :

Telp/ Handphone :

Yang di infak/ shadaqah/ dermakan berupa :

- uang, sejumlah : Rp .......................................................

terbilang (.......)

- barang berupa :

Jika berupa uang, penyerahannya bisa :

a. langsung ke alamat : Jl.Bulutangkis No.16 Bandung atau

b. di ambil (jika dermawan berlokasi di kota bandung) hub.02270506113 atau

c. tranfer bank : BRI AH.Nasution no.acc :035401000472533 atas nama : Yayasan Bhakti Anak Negeri/

Bank Jabar Syariah no.acc : 0563020004399 an. Boyke Hendrasyah/ Permata Syariah no.acc : 3770005786 atasnama : Boyke Hendrasyah. Jika transfer derma via transfer bank, mohan Konfirmasinya jumlah dan no.rekening tujuan ke 02270506113.

Jazakallah khairan katsiran.

Terima kasih atas kepercayaannya


Data tersebut diatas kami perlukan untuk kelancaran kami dalam memberikan kabar/ laporan perkembangan program bantuan.

Atas keberpihakan para dermawan terhadap program kami. Ijinkan kami untuk memberikan e-article/ e-book yang kami miliki. Semoga e-article/ e-book dibawah ini bermanfaat bagi dermawan. Silahkan pilih e-article/ e-book dibawah ini (karena keterbatasan bandwith internet, kami batasi maksimal 3 pilihan ato max.10MB) :

- Buku pelajaran : SD/SMP/SMU

- E-qur’an (flash)

- E-motivasi

o valentino dinsi

o mario teguh

- E-article :

o Dan Umar pun Menangis

o Hadits tentang Mendermakan Harta

o Kumpulan Ayat AlQur’an yang mengandung kata “DIBERIKAN”

- Dan lain-lainnya Insya Allah menyusul,

e-article/ e-booknya silahkan kirim ke imel kami : bhaktianaknegeri@gmail.com

Kamis, September 25, 2008

Ayo Berzakat

Ayo Ber-Zakat

untuk kota bandung manfaatkan layanan JEMPUT ZAKAT call : 02270506113/ 0227100035
atau
manfaatkan TRANSFER ZAKAT


Selasa, September 16, 2008

Insiden Pembagian Zakat

Senin, 15/09/2008 16:28 WIB
Insiden Pembagian Zakat
Kisruh dan Maut di Gang Sempit
Edy Ryanto - detikNews

Foto Terkait
gb
Berebut Zakat, 21 Orang Tewas
Pasuruan - Sejak subuh, Senin (15/9/2008) rumah H. Syaikon, di RT III RW IV Kelurahan Purutrejo, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan, Jawa Timur, terlihat ramai. Ribuan orang dari berbagai penjuru Pasuruan berdatangan. Para kaum duafa tersebut berharap pembagian uang zakat sebesar Rp 30 ribu hingga 40 ribu dari sang dermawan tersebut.

Meski hanya mendapat Rp 30 ribu hingga 40 ribu, namun warga Pasuruan tak surut semangat mengantre. Bahkan sebagian dari mereka sengaja datang dari Probolinggo, sekitar 1 jam perjalanan menggunakan mobil dari Pasuruan. "Saya bayar ongkos bus Rp 10 ribu PP. Lumayan ada sisa Rp 20 ribu," jelas Fatimah, warga Probolinggo kepada detikcom.

Fatimah mengaku, ia datang ke Pasuruan bersama lima orang temannya. Mereka berangkat ke Pasuruan selepas bedug Subuh, agar dapat mengantre di deretan depan. Namun, begitu tiba di rumah Syaikon, rupanya telah berjejal orang-orang yang punya maksud sama dengan dirinya, menunggu pembagian zakat.

Kabar pembagian zakat oleh Syaikon memang sangat santer. Sebab setiap tanggal 15 Ramadan, Syaikon yang seorang pengusaha kaya ini selalu membagi-bagikan zakat. Kabar ini kemudian diinformasikan dari mulut ke mulut sehingga diketahui masyarakat miskin di Pasuruan dan sekitarnya.

"Biasanya acara pembagian zakat lancar-lancar saja. Tapi setelah jalan menuju rumah Syaikon dipagar bambu, kondisinya sangat menyulitkan," ujar Mahmud, warga setempat.

Jalan menuju rumah Syaikon hanya berlebar sekitar 2,5 meter. Sebelum insiden maut itu terjadi, di ujung jalan dibuat sekat yang terbuat dari bambu. Hanya ada pintu selebar 1 meter untuk keluar masuk ke rumah Syaikon. Pemagaran tersebut dilakukan agar warga bisa mengantre dengan tertib. Namun, ternyata sebagian penerima zakat yang sejak pagi antre berebut masuk ke dalam gang yang dipagar itu. Sementara yang lainnya menunggu giliran di sepanjang Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo.

Akhirnya penggunaan sekat tersebut berbuah petaka. Penerima zakat yang akan masuk dan keluar dari rumah Syaikon terjebak di dalam gang. Mereka berebutan melewati satu-satunya pintu yang tersedia. Akibatnya suasana di dalam gang menjadi kisruh. Saling desak dan saling injak terjadi. Akhirnya terjadilah insiden berdarah.

Sebanyak 21 orang kaum duafa tewas terinjak-injak. Sebagian besar yang tewas adalah manula (manusia lanjut usia). Mereka yang menjadi korban tewas sebelumnya mengantre di deretan depan atau di dalam gang. Korban yang tewas kemudian dibawa ke Rumah Sakit R Soedarsono Purut Pasuruan.

Sejumlah kalangan menyesalkan kejadian tersebut. Sebab pembagian zakat, seperti yang dilakukan Syaikon sangat berisiko. Apalagi para pengantre umumnya anak-anak dan manula. Mereka sangat rentan menjadi korban desak-desakan.

"Innalilahi wa innailaihi ro'jiun. Saya hanya mengingatkan pembagian zakat hendaknya diserahkan kepada organisasi profesional atau setidak-tidaknya
diantisipasi agar jangan sampai menimbulkan dampak buruk apalagi menimbulkan kehilangan jiwa bagi dhuafanya," kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amidhan.

Ia meyayangkan pembagian zakat atau yang bermanfaat bagi kaum duafa justru berakhir bencana. Apalagi, kata Amidhan, peristiwa tersebut bukan kali pertama terjadi. Sebab sebelumnya, pembagian zakat model seperti itu juga memakan korban.

Sebut saja pembagian zakat yang dilakukan Habib Ismet Al Habsyi, di rumahnya di Jalan Raya Pasar Minggu, 2003 silam. Saat itu sebanyak 4 orang tewas dan belasan lainnya pingsan gara-gara mengantre jatah pembagian zakat maal, berupa sarung dan uang sebesar Rp 20 ribu.

Sedangkan di Gresik, 1 orang tewas dan lima lainnya harus dilarikan ke rumah sakit karena terinjak-injak saat rebutan sedekah di rumah Haji Muhammad bin Alwi di Gresik, 28 September 2007. Para korban bersama ribuan fakir miskin lainnya sengaja datang ke rumah pengusaha sarang walet tersebut untuk mendapatkan uang Rp 100 ribu.

Pembagian zakat yang berujung kematian ini, menurut Amidhan, disebabkan beberapa faktor. Tapi yang paling dominan disebabkan pemberi zakat tidak siap menyambut kedatangan ribuan duafa yang datang ke rumahnya. Apalagi pemberian zakat tersebut tanpa melibatkan petugas keamanan.(ddg/asy)

Minggu, September 14, 2008

Akibat Kelaparan, Ella Lumpuh

KEDIRI, TRIBUN - Ella (7) anak keluarga miskin dari Kampung Kauman, Desa/Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri, harus dilarikan ke UGD (Unit Gawat Darurat) RSUD Pare karena busung lapar, Jumat (12/9) sore.

1750
SURYA/NURAINI FAIQ
Ella penderita gizi buruk (terbaring) dan kakaknya Isma
Ella tiba di UGD sekitar pukul 15.00 WIB dengan diangkut mobil Puskesmas Kandangan. Turun dari mobil, Ella terus dalam gendongan ayahnya, Mariyono, 46, yang sehari-hari bekerja sebagai tukang kebun di KUA Kandangan. Ikut mendampingi Ella adalah kakak perempuannya, Isma Ayu Safitri, yang duduk di kelas 2 SD.

Kondisi Ella sangat lemah. Anak ketujuh dari sembilan bersaudara ini hanya bisa merintih dan mengaduh tanpa banyak gerak. Kakinya bahkan sudah tidak kuat lagi menyanggah tubuhnya sendiri. Padahal, berat badan Ella hanya 7 kilogram di usianya yang hampir tujuh tahun.

Bocah malang ini tidak kuat lagi berbicara selain hanya merengek kesakitan. "Pak, paak." suara rintihan panjang sambil menangis ini terdengar saat Mariyono meletakkan tubuh Ella di kasur kamar UGD. Selembar kain panjang untuk menggendong Ella dilepaskan Mariyono pelan-pelan.

Menurut Mariyono, sudah dua bulan anak perempuannya ini tidak mau makan. Untuk membuka mulut sakit, apalagi untuk mengunyah. Ella juga tidak lagi mampu berdiri sehingga tidak bisa berjalan alias lumpuh. "Dia hanya tiduran dan menangis terus sepanjang hari. Kata dokter di Puskesmas, anak saya kena gizi buruk," ucap Mariyono.

Dengan duduk termangu, pria yang sebagian besar rambutnya sudah memutih ini menatap dalam-dalam tubuh anaknya. Kesedihan yang mendalam tercermin dari sorot mata Mariyono yang tampak kuyu. Apalagi, Ella mengaduh dan terus menangis saat perawat UGD mengulurkan tali infus untuk dipasang di tangan kirinya.

Melihat kondisi pasien barunya, perawat itu terlihat tidak tega untuk memasukkan jarum infus ke lengan Ella. Sebab, lengan yang berkulit hitam itu cuma sebesar ranting bambu. Begitu pula kedua betisnya. Tangisan bocah ini terhenti saat Isma, kakak perempuannya, bersama bapaknya mengelus halus kepala Ella.

Mariyono menuturkan, anak ketujuhnya itu mulai terserang gizi buruk sejak sekitar setahun terakhir. Saat usianya menginjak lima tahun pada 2007 lalu, berat badan Ella juga hanya 11 kg. Kondisinya yang sudah kurus kering dengan tinggi badan 90 cm, lebih buruk lagi sekarang ini.

Mariyono menjelaskan, Ella sempat dirawat dua hari di Puskesmas sebelum dilarikan ke RSUD Pare. Namun dengan kondisinya yang bertambah buruk, Mariyono mengaku pasrah. "Mau apa lagi, saya orang tidak punya," ucap Mariyono.

Semenjak kenaikan harga sembako, jelas dia, bebannya untuk menghidupi keluarga terasa makin berat. Padahal, setiap bulan Mariyono hanya menerima upah sebagai tukang kebun di KUA Kandangan sebesar Rp 300.000. "Meski istri saya membantu cari nafkah dengan berjualan lauk bothok keliling, hasilnya belum mencukupi. Sekarang semua serba naik harga," cerita Mariyono.

Selain Ella, menurut Mariyono, tiga anaknya yang lain juga kurus kering. Isma yang ikut mengantar Ella terlihat kurus.Anak kelima Mariyono ini, sebelumnya juga pernah dirawat di Puskesmas Kandangan, juga dengan gejala gizi buruk.

Menurut Mariyono, keluarganya kerap hanya makan nasi ditambah garam tanpa lauk pauk dan sayuran. "Saya sering menangis sendiri. Bantuan biskuit dan susu dari Posyandu atau Puskesmas untuk Ella kadang jadi rebutan saudara-saudaranya yang lain," tambah Mariyono dengan nada sedih.

Dalam catatan RSUD Pare, dengan penyakit yang sama, Ella sebelumnya telah dirawat selama 22 hari di tempat itu pada Januari lalu. "Benar, dia pernah dirawat di sini," terang Ahmad Roziq, staf humas RSUD Pare.

Setelah hampir sebulan dirawat, kondisi Ella mulai membaik dan bisa dibawa pulang. Sejak itu, selama 90 hari dia mendapat bantuan tambahan makanan bergizi, di antaranya susu entrasol dan biskuit. Namun bantuan tersendat sejak beberapa bulan lalu.

Menurut penuturan Mariyono, mengambil entrasol di Puskesmas Kandangan kini tidak mudah. Ada saja alasan yang diungkapkan petugas, namun Mariyono tak berani menggugatnya.

"Kami kan cuma wong cilik, mana berani macam-macam," kenang Mariyono.

Secara terpisah, Ketua DPRD Kabupaten Kediri, Erjik Bintoro, mengakui dirinya mengenal keluarga Mariyono dan bertetangga. "Tapi, saya kini tinggal sekitar satu kilometer dari rumah Mariyono. Cuma, panti asuhan yang kami kelola lebih dekat dengan tempat tinggal Mariyono," ucap Erjik.

Sebetulnya, beberapa waktu lalu Erjik sempat bertemu Mariyono namun ayahanda Ella itu tak memberitahu apapun tentang kondisi anaknya. "Saya bilang padanya, itulah akibatnya kalau beranak banyak," ucap Erjik.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kediri, dr Adi Laksono menyatakan bahwa Ella adalah kasus lama. Dinkes sudah melakukan intervensi dengan memberikan bantuan makanan tambahan berupa entrasol lewat Puskesmas.

Ella, kata Adi, adalah kasus gizi buruk yang diakibatkan oleh kelainan pada pencernaan. Kemampuan penyerapan protein di ususnya lemah. Tapi, diakui Adi, keluarga Ella memang masuk kategori miskin. (*)
sumber: http://tribunjabar.co.id/cari.php?kcari=miskin&go.x=0&go.y=0&go=Cari

Kamis, Agustus 14, 2008

Perlindungan Hukum terhadap Guru Rendah

Perlindungan Hukum terhadap Guru Rendah
Kamis, 17 Juli 2008 | 01:06 WIB

Jakarta, Kompas - Perlindungan hukum terhadap guru, baik oleh pemerintah, yayasan, maupun organisasi profesi guru, dirasakan masih rendah. Akibatnya, posisi guru seringkali lemah saat berhadapan dengan pemerintah atau yayasan ketika memiliki kasus atau memperjuangkan hak-hak mereka.

Hal tersebut terungkap dalam pertemuan pimpinan Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) periode 2008-2013 dengan media massa di Jakarta, Rabu (16/7). ”Pemerintah atau yayasan memosisikan dirinya lebih tinggi dari guru sehingga menimbulkan sikap sewenang-wenang terhadap profesi guru,” kata Ketua Umum PB PGRI Sulistyo.

Sulistyo mengaku, PGRI sebagai organisasi profesi guru yang beranggotakan 1,6 juta guru pegawai negeri dan swasta di seluruh Indonesia selama ini juga lemah dalam memberikan perlindungan hukum kepada guru yang bermasalah.

Berdasarkan amanat Kongres PGRI XX di Palembang, PGRI akan membuka posko pengaduan guru dengan menyediakan lembaga konsultasi dan bantuan hukum yang dapat diakses di nomor 021-3841121.

Perlindungan hukum terhadap guru, salah satunya, diwujudkan dengan menyerahkan guru yang diadukan atau diinformasikan menyimpang kepada dewan kehormatan organisasi profesi guru terlebih dahulu. Jika terdapat unsur-unsur pidana, organisasi profesi guru itu meneruskan laporan ke penyidik sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

Secara terpisah, Ketua Umum Federasi Guru Independen Indonesia (FGII) Suparman mengatakan, guru belum mendapat perlindungan hukum, kesehatan, dan keselamatan kerja. Untuk guru swasta dan guru honorer, ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak sering terjadi akibat tidak adanya kesepakatan kerja bersama.

FGII memiliki pengurus di 19 provinsi dengan 250.000 anggota. Sebanyak 60 persen guru yang bergabung di organisasi ini adalah guru swasta.

”Perlindungan hukum pada guru ini bukan cuma soal statusnya, tapi juga bagaimana guru bisa bersikap kritis dan independen terhadap suatu masalah tanpa ada rasa takut diintimidasi oleh dinas pendidikan, yayasan, atau pihak lain,” kata Suparman.(ELN)

Minggu, Juli 13, 2008

Sekolah Mahal, Ratusan Anak di Bandung Putus Sekolah

Sekolah Mahal, Ratusan Anak di Bandung Putus Sekolah
Andrian Fauzi - detikBandung


Bandung - Sebanyak tiga ratus warga dari berbagai daerah di Bandung mengadukan nasib anaknya yang tidak dapat melanjutkan pendidikan karena biaya yang dibebankan oleh pihak sekolah. Mereka mengadukan permasalahan mereka ke Rumah Aspirasi Warga (Raga) di Jalan Banteng no 17 C.

Seperti yang dialami oleh Syamsi Hidayat (43) yang mendaftarkan kedua anaknya di SMKN 3 Bandung, Jalan Solontongan. Dirinya mengaku hanya mendapatkan potongan Rp 900 ribu dari Rp 3,3 juta yang harus dibayarkan, jika anaknya ingin diterima di sekolah tersebut.

"Padahal saya sudah memakai Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dan melalui jalur non akademis. Setahu saya seharusnya tidak ada biaya, tapi saya harus bayar Rp 3,3 juta. Saya cuma dapat potongan Rp 900 ribu," kata Syamsi saat ditemui di Rumah Aspirasi Warga (RAGA) di Jalan Banteng no 17 C, Senin (14/7/2008).

Hal senada juga disampaikan oleh Wawat Uswati (43) yang mendaftarkan Hari Hendriansyah, anaknya, di SMA Pasundan 2.

"Sampai saat ini anak saya belum terdaftar karena pihak sekolah membebankan biaya sampai lebih dari Rp 1 juta. Saya kemarin membawa Rp 500 ribu saja tidak bisa. Bagaimana ini," kata Wawat bingung.

Keluhan ini mereka sampaikan ke rumah aspirasi warga (Raga) yang didirikan oleh Anggota Komisi III DPR RI dari fraksi PAN, Sahrin Hamid.

Menanggapi keluhan ini, Sahrin mengaku akan memberikan advokasi.
"Rumah Aspirasi Warga akan menampung keluhan dan pengaduan bagi kaum miskin kota khususnya yang berkaitan dengan pendidikan dan kesehatan. Kita akan berikan pendampingan dan advokasi. Bukan bantuan materi," ujarnya.

Dia mengaku telah menampung keluhan dari 3 ratus warga berkaitan dengan mahalnya biaya sekolah.

Seharusnya, kata dia, pihak sekolah memberikan kuota tak terbatas terhadap siswa yang tidak mampu atau memperbesar prosentase jumlah siswa yang tidak mampu melalui jalur non akademis minimal 50 persen.

"Biaya pendidikan dasar pun harusnya dibebaskan sesuai dengan amanat UUD 45," pungkas Sahrin.
(afz/ern)

Senin, Juli 07, 2008

19 Persen Anak Usia Sekolah Putus

19 Persen Anak Usia Sekolah Putus Sekolah
Senin, 13 Juni 2005 | 15:03 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Berdasarkan penelitian Organisasi Buruh Internasional (ILO), 4,18 juta anak usia sekolah di Indonesia ternyata putus sekolah dan menjadi pekerja anak. "Hasil penelitian terbaru kita, sebanyak 19 persen anak-anak di bawah 15 tahun tidak bersekolah dan lebih memilih untuk menjadi pekerja," ujar Muhammad, Peneliti Senior ILO.

Survei yang dilakukan ILO mencakup 1.200 keluarga di lima provinsi, yaitu Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan.

Berdasarkan survei itu, Makassar memiliki jumlah anak putus sekolah terbesar di Indonesia. Menurut Arum Rahmawan, Program Manajer Kampanye ILO, hal ini disebabkan karena kesadaran orang tua yang masih rendah terhadap pendidikan. "Hanya sekitar 39 persen orang tua di Makassar berpikir wajib belajar itu sampai SD saja," tuturnya.

Itu pula yang menyebabkan para orang tua membiarkan anaknya untuk bekerja dalam jangka waktu yang cukup lama. Karena dari 1.200 keluarga yang ada, hanya sekitar 45 persen yang menyatakan keluarganya malu bila anaknya yang di bawah umur harus bekerja.

Patric Quinn, Kepala Penasihat Teknik ILO, menyatakan permasalahan ini dapat diselesaikan jika ada upaya dari pemerintah untuk meningkatkan kesadaran para orang tua terhadap kebutuhan anaknya akan pendidikan. Menurutnya, banyaknya anak usia sekolah yang tidak bersekolah dan menjadi pekerja anak karena biaya pendidikan di Indonesia masih terlalu mahal. "Sekarang saatnya bagi pemerintah untuk mengurangi biaya pendidikan bagi keluarga miskin," ujarnya.

yudha setiawan
sumber : http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2005/06/13/brk,20050613-62414,id.html

Minggu, Juni 01, 2008

Sekolah Gratis Bukan Mimpi

Empat gigi susu bagian atas seorang bocah mungil terlihat sudah tanggal. Namun, tak membuatnya takut untuk tertawa riang. Begitu gembiranya hingga pipinya menyembul ke atas. Seakan menutup bola matanya yang bersih.

Gadis mungil itu mengenakan baju seragam berwarna putih dan rok merah selutut. Dengan dasi warna merah dan topi merah-putih, ia terlihat semakin ceria. Sepatu kets berwarna hitam turut membantunya melangkahkan kakinya.

Ia gembira kala seorang bapak bertubuh gempal dengan kopiah hitam dan pakaian safari abu-abu, menghampirinya. Kegembiraan kian terpancar dari raut wajah bocah berkulit sawo matang itu. Sang bapak menuntunnya dengan amat lembut. Ia mengajak murid sekolah dasar itu berjalan di depan teman-temannya.

Sambutan meriah pun menggema. Tepuk tangan membahana, seakan tiada henti menyaksikan adegan itu. Murid-murid yang lain berteriak, mengucapkan salam kepada sang bapak. ''Selamat datang, Pak Bupati''.

Sambutan hangat atas kedatangan Bupati Musi Banyuasin (Muba), Alex Noerdin, di sebuah sekolah dasar negeri di Kota Sekayu, Muba, Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel). Adegan itu direkam dengan sempurna. Dan, menjadi ikon gambar profil kabupaten itu. Muba Smat 2012. Sejahtera, mandiri, adil, religius, dan terdepan. Itulah moto kabupaten tersebut.

Kegembiraan murid-murid sekolah dasar itu dalam menyambut pemimpinnya bukan tanpa alasan. Karena, di kabupaten nun jauh dari pusat pemerintahan negeri ini, semua anak usia sekolah telah memperoleh pendidikan dengan gratis.

Mulai dari TK hingga SMA. Semua biaya pendidikan ditanggung Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Muba. Hal yang sama juga diberlakukan kepada mahasiswa yang menimba ilmu di Akademi Perawat (Akper) Pemkab Muba dan Poliklinik Sekayu. Program pendidikan gratis ini sudah berlangsung sejak 2002.

Pendidikan gratis tidak hanya dikecap oleh anak-anak sekolah negeri, tetapi anak-anak yang menuntut ilmu di sekolah swasta dan sekolah keagamaan pun mendapat kesempatan dan perlakuan yang sama. Semua mendapat jaminan di dalam bidang pendidikan. Sungguh, Muba telah demikian maju meningalkan 'impian' pemerintah pusat untuk mewujudkan program wajib belajar 9 tahun. Bahkan, Pemkab Muba telah mencanangkan program wajib belajar 15 tahun.

Melihat keberhasilan Kabupaten Muba ini, tak salah jika muncul pendapat bahwa bila ada kemauan dan pemimpinnya memiliki komitmen yang kuat, tidak ada yang tidak mungkin untuk dilaksanakan. Apalagi, hanya sekadar untuk menjalankan program pendidikan nasional secara gratis.

Persoalan pendidikan dalam perspektif Bupati Muba, Alex Noerdin, harus sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945. Pemerintah, kata dia, harus memiliki komitmen terhadap kemajuan pendidikan. ''Pemkab Muba sudah menunjukkan bukti otentik. Pendidikan gratis berlangsung tanpa membebani pemerintahan,'' kata Alex kepada rombongan wartawan saat kunjungan ke Pemkab Muba, baru-baru ini.

Unik memang, sebuah pemerintahan dalam wilayah kabupaten sekecil Muba, dapat menggratiskan anak-anak usia sekolah untuk memperoleh pendidikan. Sejak dari TK hingga perguruan tinggi (Politeknik Sekayu dan Akademi Perawat), orang tua siswa tak perlu repot-repot memikirkan biaya pendidikan.

Tentulah tidak berlebihan bila hal itu dikatakan sebagai suatu terobosan yang sangat cerdas dari sebuah kabupaten kecil yang pernah terbelenggu kemiskinan. Sekolah gratis diberlakukan di kabupaten ini sejak Alex Noerdin menjadi bupati Muba.

Sekolah gratis menjadi sebuah model yang begitu besar manfaatnya. Tidak hanya bagi segelintir keluarga, tetapi secara menyeluruh untuk masyarakat Muba tanpa terkecuali. Kebijaksanaan ini telah membantu masyarakat meningkatkan taraf hidupnya.

Masyarakat Muba bisa menikmatinya tanpa harus mengeluarkan uang sepeser pun. Bagaimanapun terobosan yang dilakukan Pemkab Muba ini patut menjadi sorotan. Bahkan, bila perlu menjadi sumber inspirasi pemerintah pusat untuk mengadopsinya. Sehingga, dapat dijadikan tolok ukur dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.

Bagaimana dengan anggarannya? Anggaran dananya diambil dari APBD sekitar 20 persen setiap tahunnya, dari jumlah seluruh APBD yang mencapai Rp 1,5 triliun.

Salah satu bagian terpenting dalam sektor pendidikan yang diperhatikan adalah peningkatan kualitas guru. Para guru diprogramkan wajib kuliah. Angka pesertanya pun cukup besar, yakni mencapai 1.800 orang tenaga guru.

Biayanya gratis karena ditanggung Pemkab Muba. Mereka kuliah di Universitas Terbuka pada tahun ajaran 2007. Baik untuk program D2 maupun S1. Setelah itu, para pendidik tersebut dapat melanjutkan pendidikan hingga S2 dan S3, terutama bagi guru-guru yang berprestasi.

Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Muba, Ade Karyana, setiap guru diberikan uang makan Rp 6.000/hari. Uang transportasi guru di daerah terpencil sebesar Rp 250.000/bulan. Uang transport, akomodasi, dan konsumsi pun di berikan kepada guru SMA unggulan sebesar Rp 500.000/bulan.

Pada 2007, Kabupaten Muba sudah memiliki sekolah unggulan. Sekolah ini berhasil mengantar sebanyak 60 siswanya masuk secara gratis melalui jalur PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan) ke Universitas Indonesia (UI), ITB, dan beberapa universitas negeri lainnya di Indonesia.

Untuk mendukung pendidikan yang memiliki keunggulan, Pemkab Muba secara bertahap membangun sistem pendidikan unggulan di 11 kecamatan. Artinya, secara bertahap seluruh sekolah di Muba akan disetarakan dengan program unggulan.

Memang, selain dana dari Pemkab Muba, mereka juga didukung Bank Dunia, Unesco, Brithis Council (UK), International Development Partner (IDP) Norway, University of Edinburgh, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dan pihak lainnya.

Muba ternyata bisa membuat pendidikan gratis bagi warganya. Mengapa pemerintah pusat tidak bisa?

(gin )
http://202.155.15.208/koran_detail.asp?id=334528&kat_id=3

Mahalnya Sekolah Kami

Mengapa ada profesor dari perguruan tinggi kesohor bisa masuk bui? Mengapa ada jaksa teladan tega menuntut mati sambil melahap suap? Mengapa ada barisan intelektual yang berkhianat menjustifikasi kezaliman atas rakyat?

Di sebuah siang yang berisik, segerombolan bocah usia sekolah mondarmandir di ruang tunggu Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan. Penampilan mereka tak karuan. Ada yang kulit tubuhnya belepotan hitam karena kotoran. Ada yang bajunya seperti disengaja disobek compang- camping. Ada yang membawa sapu. Ada pula yang menuntun monyet sembari menenteng gendang kecil.

Salah satu dari mereka sebut saja namanya Anto. Ia mengaku tiap hari ngetem di situ bersama geng-nya. Mereka selalu bersama-sama baik siang maupun malam. Anak-anak belia dari berbagai daerah itu berkelompok lantaran kesamaan nasib.

''Cari uang,'' kata Anto yang mengaku berasal dari Banten, ketika ditanya mengapa ada di sana. Mereka rela meninggalkan rumah untuk sekadar hidup karena kemiskinan yang diderita keluarganya.

''Sekolah? Cape deeh,'' ujar Anto, saat ditanya kenapa tidak belajar seperti teman sebayanya. Tapi, ia dan geng mengaku sebenarnya masih berharap bisa sekolah. Namun lantaran orangtuanya miskin, alih-alih sekolah mereka malah harus menggelandang untuk mendapatkan sekadar uang jajan. Syukur-syukur bisa membawa uang lebih untuk dibawa pulang. Bagi mereka, sekolah mimpi yang sudah basi.

Anto dan lima kawannya yang ada di Manggarai ini hanyalah sebagian kecil potret anak-anak putus sekolah yang harus meninggalkan bangku pendidikan karena keterbatasan. Nasib serupa dialami jutaan anak di Indonesia.

Berdasarkan survei Komnas Perlindungan Anak (PA) di 33 provinsi pada 2007, ada 11,7 juta anak putus sekolah. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yakni 9,7 juta. Ini berarti ada peningkatan sekitar 20 persen. Tahun ini, jumlah itu diperkirakan terus bertambah karena kondisi ekonomi yang terus memburuk.

Menurut Sekjen Komnas PA, Arist Merdeka Sirait, kasus putus sekolah yang paling menonjol tahun lalu terjadi di tingkat SMP, yaitu 48 persen. Tingkat SD 23 persen, sedangkan putus sekolah di tingkat SMA mencapai 29 persen. Kalau digabungkan kelompok usia pubertas (anak SMP dan SMA) jumlahnya mencapai 77%. Dengan kata lain, jumlah anak usia remaja yang putus sekolah tahun lalu tak kurang dari 8 juta orang.

Selain angka putus sekolah, anak yang sekolah pun kini menghadapi kesulitan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pasalnya uang pendidikan kian hari kian mahal. Apakah itu uang pangkal, uang bangunan, uang SPP, dan uang-uang lainnya. Belum lagi untuk masuk ke perguruan tinggi, biayanya selangit. Universitas- universitas yang sudah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) pun mematok uang masuk yang cukup tinggi antara 45-120 juta untuk jurusan-jurusan tertentu. Akibat makin mahalnya biaya pendidikan di perguruan tinggi ini kejadian seperti pada tahun sebelumnya kemungkinan berulang, yaitu adanya beberapa peserta yang dinyatakan lulus SPMB, namun kemudian mengundurkan diri karena tidak mampu menanggung biaya pendidikannya. Kalau sudah begini, bagaimana nasib anak-anak Indonesia? Ke mana mereka?

Padahal, mereka tidak memiliki keahlian apapun. Bekal pengetahuan mereka tidak mencukupi untuk hidup mandiri. Sebagian mereka menjadi anak jalanan. Menurut catatan Komnas Perlindungan Anak, pada tahun 2007 ada 155.965 anak yang hidup di jalanan. Sebanyak 2,1 juta anak menjadi pekerja di bawah umur.

Lainnya tak jelas aktivitasnya. Yang jelas mereka menjadi beban keluarga dan masyarakat. Mereka sangat rawan terjerumus dalam dunia kriminal, narkoba, pelacuran, perdagangan anak, dan sebagainya. Ada pelajaran berharga dari Brasil. Jutaan anak gentayangan di jalanan, menjelma menjadi monster di kota-kota besar maupun kecil. Cukup diberi imbalan 100 dolar, anak-anak itu bisa disuruh membunuh orang dan menjadi kurir narkoba. Mereka bisa membuat keonaran dalam sekejap. Pemerintah kota kewalahan menanganinya. Jalan pintasnya, mereka ditembaki dan dibunuh secara massal.

Sedangkan yang mampu membeli pendidikan, terpicu berorientasi ''balas dendam''. Yakni bagaimana mengejar setoran untuk mengembalikan biaya pendidikan yang sudah mereka keluarkan sebagai modal. Inilah barangkali yang menjelaskan mengapa ada profesor dari Perguruan Tinggi (PT) kesohor bisa masuk bui, mengapa ada jaksa teladan tega menuntut mati sambil melahap suap, mengapa ada barisan intelektual yang berkhianat menjustifikasi kezaliman atas rakyat.

Akar masalah
Mahalnya biaya pendidikan tidak lepas dari upaya liberalisasi yang melanda Indonesia. Hampir semua sektor diliberalkan. Pemerintah sedikit demi sedikit mulai menarik diri dari tanggung jawabnya di dunia pendidikan. Pendidikan didorong untuk mampu membiayai dirinya sendiri. Pemerintah sekadar hanya membantu, bukan penanggung jawab utama. Mengapa pemerintah meminimalkan perannya, bahkan cenderung melepaskan tanggung jawabnya dalam pembiayaan pendidikan?

Ismail Abu Mila, dosen di Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Hamfara Yogyakarta, menyatakan ada beberapa sebab. Pertama, karena pemerintah menggunakan paradigma kapitalisme dalam mengurusi kepentingan dan kebutuhan rakyatnya, termasuk pendidikan. Ideologi kapitalisme memandang bahwa pengurusan rakyat oleh Pemerintah berbasis pada sistem pasar (market based system). Artinya, pemerintah hanya menjamin berjalannya sistem pasar itu, bukan menjamin terenuhinya kebutuhan masyarakat. Dalam pendidikan, Pemerintah hanya menjamin ketersediaan sekolah/PT bagi masyarakat, tidak peduli apakah biaya pendidikannya terjangkau atau tidak oleh masyarakat. Pemerintah akan memberikan izin kepada siapapun untuk mendirikan sekolah/PT termasuk para investor asing.

Anggota masyarakat yang mampu dapat memilih sekolah berkualitas dengan biaya mahal. Yang kurang mampu bisa memilih sekolah yang lebih murah dengan kualitas yang lebih rendah. ''Yang tidak mampu dipersilakan untuk tidak bersekolah,'' katanya.

Kedua, dana APBN tidak cukup mementingkan pos pendidikan. Pasalnya, sebagian besar pos pengeluaran dalam APBN adalah untuk membayar utang dan bunganya. Dalam APBN 2007, misalnya, anggaran untuk sektor pendidikan hanya sebesar Rp 90,10 triliun atau 11,8 persen dari total nilai anggaran Rp 763,6 triliun. (Tempointeraktif. com, 8/1/2007). Sebaliknya, untuk membayar utang pokok dan bunga utang mencapai 30 persen lebih dari total APBN. Inilah yang disebut utang najis yang menurut Koalisi Anti Utang haram dibayar.

Dampak
Hilangnya peran negara dalam pendidikan ini akan berdampak pada munculnya lingkaran setan kemiskinan. Banyak anak generasi yang gagal mengembangkan potensi dirinya sehingga mereka tetap dalam kondisi miskin dan bodoh. Selain itu, masyarakat semakin terkotak-kotak berdasarkan status sosial-ekonomi. Pendidikan berkualitas hanya bisa dinikmati oleh kelompok masyarakat dengan pendapatan menengah ke atas. Maka, kata bang Rhoma, "yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin." Dampak lainnya, Indonesia akan tetap tercengkeram oleh kapitalisme global, melalui berbagai sektor kehidupan. Inilah yang belakangan kencang digugat Bapak Reformasi Amien Rais.

( Mujiyanto/PF )
http://202.155.15.208/koran_detail.asp?id=334933&kat_id=482

Senin, Mei 26, 2008

Pelatihan Mindset Incubator

PROPOSAL KEGIATAN

PELATIHAN BASIC LIFE SKILL

MIND-SET INCUBATOR

Training and Coaching Motivation

I. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Untuk mendukung visi kota bandung sebagai Kota Jasa yang harus bersih dari sampah, dan bersih praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ( KKN ), penyakit masyarakat ( judi, pelacuran, narkoba, premanisme dan lainnya), dan perbuatan-perbuatan tercela lainnya yang bertentangan dengan moral dan agama dan budaya masyarakat atau bangsa maka perlu dilakukan aktivitas-aktivitas konkrit dalam memberikan penyadaran kepada setiap warga kota Bandung akan pentingnya perilaku warga yang sejalan dengan visi kota Bandung.

Sangat sejalan dengan visi dan misi Kota Bandung, yayasan Bhakti Anak Negeripun lahir ikut mempercepat proses penyelesaian krisis multidimensi yang telah melandak seluruh pelosok negeri ini termasuk di Kota Bandung.

Di berbagai media cetak maupun elektronik bisa kita lihat berbagai macam tindakan kriminal yang saat ini tidak hanya didominasi oleh kalangan pengangguran dan yang tidak berpendidikan tapi hampir semua strata sosial dan level pendidikan rendah maupun tinggi memiliki potensi untuk melakukan tindakan kriminal.

2. Dasar Pemikiran

a. Untuk menjadi bangsa yang besar, kita harus merumuskan paradigma baru yaitu melihat sukses bangsa sebagai kumpulan atau akumulasi dari sukses kecil setiap warganya. Sukses Perusahaan/ lembaga adalah kumpulan atau agregasi dan sinergi dari sukses individu-individu di dalamnya.

b. Untuk menjadi bangsa yang maju dan berpengaruh kita harus berupaya untuk membuat setiap warga negeri ini sukses. Salah satu caranya adalah memberi keterampilan hidup. Keterampilan hidup yang sangat diperlukan oleh setiap individu adalah mengenal keunggulan dirinya, kemampuan melihat peluang dan proses pencapaiannya sekaligus, kepedulian terhadap lingkungannya, dan kemampuan mengurai rencana ke depan yang lebih baik. Sehingga akan terwujud individu yang berfikir positif, giat bekerja, beretos kerja tinggi, innovatif, berdedikasi tinggi dan mampu bekerja sama. Untuk itu, dirasa perlu mengadakan Pelatihan/ Training “Mind-Set Incubator”.

c. Pelatihan Mind-Set Incubator juga difokuskan untuk merubah mind set setiap individu bangsa indonesia agar berfikir optimis meningkatkan keterampilan hidup (life skills) para individu, khususnya para tunas bangsa (Remaja SMA sederajat) dalam mengelola hidup dan merencanakan masa depan. Diharapkan, kemampuan mengelola hidup dan merencana masa depan dari tiap-tiap individu akan menjadikan mereka, orang-orang yang mampu menggunakan potensi yang dimilikinya untuk selalu berinovasi dan berprestasi di lingkungan belajarnya. Dengan demikian mereka bisa menciptakan suasana belajar yang kondusif di lingkungan belajar mereka. Kontribusi dan terakumulasinya sukses mereka akan menjadikan tempat nya besar di masa depan.

d. Rencana dan tujuan masa depan dengan disertai langkah sistematis untuk mencapainya, telah melahirkan orang-orang yang berprestasi dibidangnya. Dengan Pelatihan MIND SET INCUBATOR TRAINING AND COACHING MOTIVATION ini diharapkan momentum kisah sukses tokoh dapat ditularkan ke semua individu.

2. Bentuk Kegiatan

Pelatihan Basic Life Skills - MIND SET INCUBATOR TRAINING AND COACHING MOTIVATION”.

3. Maksud dan Tujuan

a. Melakukan perubahan “Mind-set” (pola pikir) peserta latih, dari cenderung pesimis dan negatif menjadi optimis dan positif; dari tidak berencana dan berpikir jangka pendek menjadi berencana dan berpikir jangka panjang; dari terbiasa saling mengerdilkan menjadi saling membesarkan; dari saling menjatuhkan menjadi bersinergis atau dari low trust society menjadi high trust society ; dari konsumtif menjadi produktif; dari pasif menjadi aktif belajar dan berprestasi.

b. Meningkatkan kesadaran setiap peserta latih tentang Potensi Nasional berupa Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Daya Alam (SDA), dan Sumber Daya Pendukung (SDP) yang dimiliki bangsa Indonesia. Dengan demikian, jika setiap individu sukses mengoptimalkan potensi dirinya serta giat bekerja, berinovasi dan berprestasi, maka akumulasi kesuskesan tersebut akan menjadikan Lembaga Pendidikannya mampu tampil sebagai lembaga pendidikan yang sukses dan kompetetif di Negara ini.

c. engangkat kemampuan inovasi setiap peserta latih sehingga mereka dapat selalu aktif berkarya dan berprestasi serta berinovasi di lingkungan belajarnya dalam segala bidang sesuai dengan bakat, potensi dan tugas/ tanggungjawab yang dimilikinya

d. Merumuskan visi dan misi pribadi, keluarga, Lembaga Pendidikan serta menyusun program keHIDUPan jangka pendek dan jangka panjang.

4. Materi Kegiatan

a. MODUL 1 : MIND-SET MANAGEMENT

b. MODUL 2 : MENDESAIN PETA KEHIDUPAN

c. MODUL 3 : ACTION and ROLE MODEL MANAGEMENT


d. MODUL 4 : TEAM BUILDING


5. Rumusan Kegiatan

Basic Life Skills MIND SET INCUBATOR TRAINING AND COACHING MOTIVATION merupakan kombinasi antara :

(1) Perenungan tentang hakikat dan makna keberadaan kita sebagai manusia, makhluk tersempurna dari seluruh ciptaan Tuhan.

(2) Pelatihan dan pembiasaan praktis untuk memanage hidup saat ini dan yang akan datang agar lebih bermakna dan bermanfaat.

(3) Pembelajaran dari cuplikan kisah sukses beberapa tokoh nasional dan tokoh dunia untuk menjadi sumber inspirasi dan motivasi.

Atas dasar Pemikiran di atas perlu kiranya diambil langkah-langkah strategis untuk memupuk rasa percaya diri pada segenap individu dengan membuat mereka lebih percaya diri dan membangkitkan gairah/ etos kerja, belajar dan gairah berprestasi serta berinovasi, dengan pola menata masa depan yang lebih efektif. Pola yang dilakukan adalah dengan mengikuti Pelatihan/Training (“MIND SET INCUBATOR TRAINING AND COACHING MOTIVATION ”).


II. Pelaksanaan Kegiatan

1. Strategi.

Melaksanakan kegiatan dalam bentuk Pelatihan Basic Life Skills – MIND SET INCUBATOR TRAINING AND COACHING MOTIVATION.

2. Metode.Pelatihan

Metode yang dilakukan dalam penyampaian materi adalah metoda EDUTAINMENT, penyampaian yang dibantu dengan audio dan visual multidimensi dipadukan dengan simulasi, games, musik, film dan puisi agar peserta lebih dapat memahami materi.Mempublikasikan Posting

Gawat!! Angka Putus Sekolah masih tinggi

Jakarta, Kompas - Setiap tahun sekitar 211.643 siswa SMP dan madrasah tsanawiyah atau MTs di berbagai pelosok Tanah Air putus sekolah karena sejumlah faktor. Selain itu, sekitar 452.000 tamatan SD dan madrasah ibtidaiyah atau MI tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Menurut Suyanto, salah satu penyebab tingginya angka putus sekolah adalah di kalangan masyarakat yang masih miskin, siswa secara ekonomi menjadi tulang punggung keluarga. ”Jika anak pergi ke sekolah, penghasilan keluarga menjadi menurun karena berkurangnya sumber pencari nafkah,” katanya.

Selain itu, ada pula persoalan kultur, yakni motivasi menyekolahkan anak yang masih rendah. Di sisi lain, ketersediaan fasilitas di beberapa daerah juga masih minim sehingga anak membutuhkan waktu lama menuju sekolah yang lokasinya jauh.

Wajib belajar

Suyanto mengatakan, melihat tingginya angka putus sekolah, terutama di kalangan siswa SMP/MTs, program wajib belajar sembilan tahun memang tidak mudah diterapkan. Padahal, tahun 2008 merupakan tahun terakhir pencapaian target penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun.

Menurut dia, sampai akhir 2007, angka partisipasi murni SD/MI sederajat sebesar 94,90 persen. Angka partisipasi murni adalah rasio murid SD berusia 7-12 tahun terhadap penduduk kelompok umur 7-12 tahun.

Adapun angka partisipasi kasar SMP/MTs sederajat sebesar 92,52 persen. Angka partisipasi kasar adalah rasio jumlah siswa yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia tersebut.

Menurut Suyanto, hingga saat ini masih terdapat 111 kabupaten/kota yang belum menuntaskan wajib belajar sembilan tahun.

Persoalan lainnya adalah terkait minimnya sarana yang sangat berhubungan dengan kualitas pendidikan. Misalnya, masih terdapat sekitar 200.000 ruang kelas SD yang rusak dan 12.000 ruang kelas SMP yang rusak. Di tingkat SMP/MTs, sebanyak 34,3 persen sekolah belum mempunyai perpustakaan dan 38,2 persen sekolah tidak memiliki laboratorium.



Sabtu, Mei 24, 2008

Hadits tentang Mendermakan Harta

Sahabat Abi Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Tidak ada satu hari pun yang dijelang umat manusia, kecuali setiap pagi ada dua malaikat yang turun. Salah satu dari malaikat itu berkata: "Ya Allah, berilah ganti yang berlipat ganda kepada orang yang telah menyedekahkan hartanya." Sedang yang satu lagi berkata: "Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang tidak mau bersedekah (pada hari ini)." (HR. Bukhari dan Muslim).

Sahabat Abi Hurairah ra juga berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: Allah swt telah berfirman: "Wahai hamba-Ku, bersedekahlah, tentu Aku akan memberimu balasan rizki yang melimpah." Selanjutya Rasulullah saw bersabda: "Kekuasaan Allah adalah sangat besar, hingga tidak terbandingi oleh sedekah para dermawan yang mendermakan hartanya sepanjang hari. Bahkan kalian tahu bahwa harta yang didermakan sejak diciptakannya langit dan bumi sama sekali tidak akan membandingi rizki yang berada dalam kekuasaan Allah. Arsy Allah berada di atas air, sedang di tangan-Nya (dalam kekuasaan-Nya) terdapat timbangan, yang bisa naik dan turun." (HR. Bukhari dan Muslim).

Sahabat Ibnu Mas'ud ra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Siapakah di antara kamu yang lebih mencintai harta keluarganya daripada hartanya sendiri?" Jawab para sahabat: "Tidak ada seorang pun di antara kami yang lebih mencintai harta keluarga daripada hartanya sendiri." Lalu Rasu­lullah saw bersabda: "Sesungguhnya hakikat harta yang milik sendiri adalah harta yang diinfakkan ke jalan Allah, sedangkan harta yang tersisa (belum diinfakkan) adalah harta milik keluarga (ahli waris)." (HR. Bukhari dan Muslim).

Sahabat Ibnu Mas'ud ra berkata, bahwa Nabi saw telah bersabda: "Tidak ada yang patut diirikan kecuali dua orang: Orang yang diberi Allah harta kekayaan, kemudian ditasarufkan kepada jalan kebenaran. Dan orang yang diberi ilmu pengetahuan, kemudian dia mengamalkan serta mengajarkannya." Dalam riwayat lain ditegaskan: "Tidak ada yang patut diirikan kecuali dua orang: Orang yang diberi Allah pengetahuan tentang Al-Qur'an, kemudian mengamalkannya sepanjang siang dan malam. Dan orang yang diberi Allah harta kekayaan, kemudian menasarufkannya ke jalan kebaikan sepanjang siang dan malam." (HR. Bukhari dan Muslim).

Imam Ahmad, Muslim dan Nasai mengetengahkan sebuah riwayat, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Sedekah sama sekali tidak akan mengurangi harta seseorang. Dengan sedekah Allah akan menambah ampunan dan kemuliaan se­seorang. Tidak ada seseorang pun yang merendahkan diri karena Allah, kecuali Allah akan mengangkat derajatnya."

Imam Abu Dawud dan Hakim mengetengahkan sebuah riwayat, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Jauhilah sifat kikir yang berlebihan. Sebab kehancuran yang dialami oleh orang-orang sebelummu adalah akibat kikir yang berlebihan. Dia memerintahkan kepada orang banyak berbuat bakhil, kemudian mereka pun bakhil. Dia memerintahkan kepada orang banyak memutus tali persaudaraan, kemudian mereka pun memutusnya. Dan dia memerintahkan kepada orang banyak berbuat jahat, kemudian mereka pun melakukannya."

Imam Bukhari dalam kitab Al-Adab, dan Tinnidzi mengetengahkan sebuah riwayat, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Ada dua sifat yang tidak akan berkumpul pada diri seorang mukmin: Bakhil dan berakhlak jelek."

Imam Bukhari dalam kitab Tarikh karyanya, dan Abu Dawud mengetengahkan sebuah riwayat, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Sifat paling jelek yang dimiliki seseorang adalah bakhil sekali dan tolol sekali."

Imam Muslim dan yang lain mengetengahkan sebuah riwayat, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Ada dua perkara yang membuat ibnu Adam (manusia) cepat berubah dan cepat tua: Terlalu rakus terhadap harta dan terlalu ingin berusia panjang."

Jumat, Mei 23, 2008

Ruang Promosi















Produk SYGMA DAYA INSANI :
1. Muhammad Teladanku (17 buku)
2. Insan Teladan Sepanjang Zaman (7 buku)
3.Pustaka Sains Populer Islami (10 buku)
4. Its My World (16 buku)

Ada program CASHBACK yang menarik bagi ANDA, segera hubungi : 081910525000


RUMAH BUTIK 'OMAH KLAMBI' menyediakan busana bagi muslimah dengan desain-desain dan paduan-paduan bahan yang menarik Hub : 02291204417













KAOS PERADABAN
Hubungi : 08561179417