Selasa, September 16, 2008

Insiden Pembagian Zakat

Senin, 15/09/2008 16:28 WIB
Insiden Pembagian Zakat
Kisruh dan Maut di Gang Sempit
Edy Ryanto - detikNews

Foto Terkait
gb
Berebut Zakat, 21 Orang Tewas
Pasuruan - Sejak subuh, Senin (15/9/2008) rumah H. Syaikon, di RT III RW IV Kelurahan Purutrejo, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan, Jawa Timur, terlihat ramai. Ribuan orang dari berbagai penjuru Pasuruan berdatangan. Para kaum duafa tersebut berharap pembagian uang zakat sebesar Rp 30 ribu hingga 40 ribu dari sang dermawan tersebut.

Meski hanya mendapat Rp 30 ribu hingga 40 ribu, namun warga Pasuruan tak surut semangat mengantre. Bahkan sebagian dari mereka sengaja datang dari Probolinggo, sekitar 1 jam perjalanan menggunakan mobil dari Pasuruan. "Saya bayar ongkos bus Rp 10 ribu PP. Lumayan ada sisa Rp 20 ribu," jelas Fatimah, warga Probolinggo kepada detikcom.

Fatimah mengaku, ia datang ke Pasuruan bersama lima orang temannya. Mereka berangkat ke Pasuruan selepas bedug Subuh, agar dapat mengantre di deretan depan. Namun, begitu tiba di rumah Syaikon, rupanya telah berjejal orang-orang yang punya maksud sama dengan dirinya, menunggu pembagian zakat.

Kabar pembagian zakat oleh Syaikon memang sangat santer. Sebab setiap tanggal 15 Ramadan, Syaikon yang seorang pengusaha kaya ini selalu membagi-bagikan zakat. Kabar ini kemudian diinformasikan dari mulut ke mulut sehingga diketahui masyarakat miskin di Pasuruan dan sekitarnya.

"Biasanya acara pembagian zakat lancar-lancar saja. Tapi setelah jalan menuju rumah Syaikon dipagar bambu, kondisinya sangat menyulitkan," ujar Mahmud, warga setempat.

Jalan menuju rumah Syaikon hanya berlebar sekitar 2,5 meter. Sebelum insiden maut itu terjadi, di ujung jalan dibuat sekat yang terbuat dari bambu. Hanya ada pintu selebar 1 meter untuk keluar masuk ke rumah Syaikon. Pemagaran tersebut dilakukan agar warga bisa mengantre dengan tertib. Namun, ternyata sebagian penerima zakat yang sejak pagi antre berebut masuk ke dalam gang yang dipagar itu. Sementara yang lainnya menunggu giliran di sepanjang Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo.

Akhirnya penggunaan sekat tersebut berbuah petaka. Penerima zakat yang akan masuk dan keluar dari rumah Syaikon terjebak di dalam gang. Mereka berebutan melewati satu-satunya pintu yang tersedia. Akibatnya suasana di dalam gang menjadi kisruh. Saling desak dan saling injak terjadi. Akhirnya terjadilah insiden berdarah.

Sebanyak 21 orang kaum duafa tewas terinjak-injak. Sebagian besar yang tewas adalah manula (manusia lanjut usia). Mereka yang menjadi korban tewas sebelumnya mengantre di deretan depan atau di dalam gang. Korban yang tewas kemudian dibawa ke Rumah Sakit R Soedarsono Purut Pasuruan.

Sejumlah kalangan menyesalkan kejadian tersebut. Sebab pembagian zakat, seperti yang dilakukan Syaikon sangat berisiko. Apalagi para pengantre umumnya anak-anak dan manula. Mereka sangat rentan menjadi korban desak-desakan.

"Innalilahi wa innailaihi ro'jiun. Saya hanya mengingatkan pembagian zakat hendaknya diserahkan kepada organisasi profesional atau setidak-tidaknya
diantisipasi agar jangan sampai menimbulkan dampak buruk apalagi menimbulkan kehilangan jiwa bagi dhuafanya," kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amidhan.

Ia meyayangkan pembagian zakat atau yang bermanfaat bagi kaum duafa justru berakhir bencana. Apalagi, kata Amidhan, peristiwa tersebut bukan kali pertama terjadi. Sebab sebelumnya, pembagian zakat model seperti itu juga memakan korban.

Sebut saja pembagian zakat yang dilakukan Habib Ismet Al Habsyi, di rumahnya di Jalan Raya Pasar Minggu, 2003 silam. Saat itu sebanyak 4 orang tewas dan belasan lainnya pingsan gara-gara mengantre jatah pembagian zakat maal, berupa sarung dan uang sebesar Rp 20 ribu.

Sedangkan di Gresik, 1 orang tewas dan lima lainnya harus dilarikan ke rumah sakit karena terinjak-injak saat rebutan sedekah di rumah Haji Muhammad bin Alwi di Gresik, 28 September 2007. Para korban bersama ribuan fakir miskin lainnya sengaja datang ke rumah pengusaha sarang walet tersebut untuk mendapatkan uang Rp 100 ribu.

Pembagian zakat yang berujung kematian ini, menurut Amidhan, disebabkan beberapa faktor. Tapi yang paling dominan disebabkan pemberi zakat tidak siap menyambut kedatangan ribuan duafa yang datang ke rumahnya. Apalagi pemberian zakat tersebut tanpa melibatkan petugas keamanan.(ddg/asy)

Tidak ada komentar: